PENGARUH LINGKUNGAN
TERHADAP MANAJEMEN DAN EVOLUSI TEORI MANAJEMEN
1. PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN
1.1.
Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa inggris
“management” yang berasal dari kata dasar “manage”. Definisi manage menurut
kamus oxford adalah “to be in charge or make decisions in a business or an
organization” (memimpin atau membuat keputusan di perusahaan atau organisasi).
Dan definisi management menurut kamus oxford adalah “the control and making of
decisions in a business or similar organization” (pengendalian dan pembuatan
keputusan di perusahaan atau organisasi sejenis).
Pengertian
Manajemen menurut para ahli :
·
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Manajemen adalah “penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran”
atau “pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusaahaan dan organisasi
·
Pengertian managemen menurut oxford adalah
“the process of dealing with or controlling people or things” (proses berurusan
dengan atau mengendalikan orang atau benda).
·
Menurut
Mary Parker Follet :
Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui
orang lain dibutuhkan keterampilan khusus.
·
Menurut James A.F. Stoner :
1.2.
Lingkungan
Eksternal Langsung
Manajemen dan lingkungan eksternal dalam pembahasan manajemen tidak
lepas pada masalah lingkungan yang di hadapi oleh seorang manajer. Perbedan dan
kondisi lingkungan terhadap konsep dan
tehnik serta keputusan yang akan diambil. Sebagai seorang manajer harus hanya
memperhatikan lingkungan usahanya atau ekstern. Untuk mencapa tujuan organisasi
tidak lepas dari lingkungan ekstern yang terjadi, apalagi bagi organisasi atau
perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan oleh konsumen. Oleh
karena itu manajer harus memperhatikan dan mempertimbangkan unsur-unsur serta
kekuatan-kekuatan lingkungan ekstern dalam setiap kegiatan manajemen.
Lingkungan eksternal langsung merupakan kekuatan-kekuatan
yang berada luar kemampuan atau kendali perusahaan yang berpengaruh secara
langsung terhadap kinerja organisasi dan manajemen. Lingkungan tersebut
meliputi perusahaan,penyedia,pelanggan, lembga perantara, pesaing dan
masyarakat umum. Variabel-variabel eksternal ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu ancaman dan peluang.
· Pemasok berfungsi sebagai penyedia fasilitas dan sarana yang dibutuhkan oleh perusahaan. Manajemen perlu menjalin kerja sama yang baik dengan pemasok untuk menjamin bahwa proses dan kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
· Pemasok berfungsi sebagai penyedia fasilitas dan sarana yang dibutuhkan oleh perusahaan. Manajemen perlu menjalin kerja sama yang baik dengan pemasok untuk menjamin bahwa proses dan kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
·
Pelanggan
atau konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda. Perbedaan itu
disebabkan karena mereka memiliki latar belakang budaya, ekonomi, dan
pendidikan yang berbeda-beda. Oleh karena itu manajemen perlu mengamati setiap
perubahan perilaku dari konsumennya. Dalam organisasi bisnis jasa seperti
transportasi, perhatian terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan
komsumen menjadi sangat strategis.
·
Lembaga
keuangan. Lembaga ini berperan sebagai penjamin sekaligus penyedia sumber dana
dan keuangan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dewan ini telah banyak muncul
lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan pinjamam dana bagi perusahaan yang
membutuhkannya.
·
Pesaing.
Persaingan yang semakin ketat mununtut manajemen untuk memperhatikan para
pesaingnya. Manajemen harus terus waspada dan mengawasi setiap gerak-gerik
pesaing. Dengan demikian, manajemen akan bisa menetukan strategi apa yang harus
diambil untuk bisa bertahan dan memenangkan persaingnnya.
Faktor lingkungan eksternal lingkungan ekstern atau eksternal
terdiri atas unsur-unsur yang berada di luar organisasi, dimana unsur-unsur ini
tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih dahulu oleh manajer. Disamping
itu juga akan mempengaruhi manajer dalam pengambilan keputusan yang akan
dibuat. Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi contohnya yaitu perubahan
ekonomi, peraturan pemerintah, perilaku konsumen atau masyarakat, perkembangan
teknologi, politik dan lain sebagainya.
Lingkungan eksternal dibagi menjadi 2 yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kegiatan manajemen yang terdiri atas penyedia, langganan, para pesaing, lembaga perbanka dan bukan bank dan lain sebagainya. Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung, seperti kondisi perekonomian, perubahan teknologi, politik, social, dan lain sebagainya.
Lingkungan eksternal dibagi menjadi 2 yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kegiatan manajemen yang terdiri atas penyedia, langganan, para pesaing, lembaga perbanka dan bukan bank dan lain sebagainya. Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung, seperti kondisi perekonomian, perubahan teknologi, politik, social, dan lain sebagainya.
1.3. Lingkungan Umum Perusahaan
Lingkungan umum
merupakan lingkungan yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja organisasi
hampir semua organisasi dipengaruhi oleh lingkungan tersebut.
Komponen-komponen dari lingkungan umum tersebut meliputi
: demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik dan budaya.
·
Demografi.
isu-isu penting yang perlu di amati oleh manajemen dalam lingkungan demografi
itu antara lain adalah perubahan tentang struktur umur penduduk, permasalahan
jenis kelamin, ras, peluang kerja dan pengangguran, serta masalah-masalah yang
menyangkut urbanisasi
·
Ekonomi.
Lingkungan ekonomi yang mempengaruhi prestasi kerja dari suatu organisasi
meliputi, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat, perubahan
selera dan pola pengeluaran konsumen yang diakibatkan dari perubahan
pendapatan. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi baik secara langsung maupun
tidak terhadap praktik manajemen.
·
Alam.
Sumber daya alam memberikan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh organisasi.
Ketersediaan bahan-bahan akan menjamin kelancaran kerja dari organisasi.
·
Teknologi.
Lingkungan teknologi merupakan kekuatan yang dapat menciptakan produk dan pasar
baru. Manajemen perlu mengamati setiap perkembangan penggunaan teknologi.
Teknologi yang canggih akan dapat menciptakan daya saing yang kuat bagi
organisasi yang pada akhirnya akan mengubah cara kerja organisasi
·
Politik.
Kebijakan-kebijakan yang buat oleh pemerintah sering kali bermuatan politis
sehingga kebijakan itu biasanya berlawanan arah dengan misi dan tujuan
organisasi. Ada beberapa organisasi yang diuntungkan dari kebijakan politik
tersebut dan ada pula organisasi yang di rugikan.
·
Sosial
dan Budaya. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa kehidupan
organisasi tidak terlepas dari dinamika lingkungan disekitarnya. Masyarakat dan
budaya merupakan kekuatan yang secara umum mempengaruhi.
1.4. Lingkungan Internal Perusahaan
Lingkungan internal adalah
kekuatan-kekuatan yang berada didalam perusahaan dan masih dapat dikontrol oleh
perusahaan. Lingkungan internal berpengaruh dalam kompetensi atau kinerja
sebuah perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam perusahaan meliputi
: pekerja, dewan komisaris, dan pemegang saham.
1. Pekerja/karyawan. Karyawan merupakan
salah satu sumber daya dan sekaligus input yang berharga yang dimiliki oleh
pekerja dan manajer memilik kepentingan-kepentingan tersendiri. Para pekerja
menginginkan adanya imbalan berupa upah dan gaji yang layak dari hasil kerja
mereka. Sementara manajer menginginkan adanya kinerja yang tinggi yang
ditunjukkan oleh besarnya omzet penjualan dan laba.
2. Dewan Komisaris. Untuk ukuran organisasi
atau perusahaan besar semacam PT, biasanya terdiri dari beberapa dan bahkan
ribuan orang yang terlibat di dalamnya. Keterlibatan orang-orang tersebut biasa
kita sebut sebagai pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris diperlukan
untuk mewakili kepentingan para pemegang saham. Dewan komisaris akan selalu
memantau kegiatan dan mengawasin, memastikan kegiatan akan berjalan mencapai
tujuan. Kependudukan dewan komisaris di dalam perusahaan adalah independen
terhadap manajemen.
3. Pemegang Saham. Para pemegang saham
memiliki kepentingan dan tanggung jawab tertentu terhadap perusahaan. Tanggung
jawab tersebut di dasarkan pada seberapa besar sumbangan (saham) mereka
terhadap perusahaan.
1.5. Hubungan Lingkungan dan Organisasi
Untuk dapat
melihat bentuk
pengaruh lingkungan terhadap organisasi manajemen disini akan dikemukakan satu
model yang diperkenalkan oleh James D. Thomson. Dalam model ini Thomson membagi
dua dimensi utama yang digunakan yaitu 1). Tingkat perubahan dan 2) tingkat
homogenitas. Tingkat perubahan akan melihat sejauh mana stabilitas suatu
lingkungan yang diukur dengan skala tingkat perubahan stabil dan perubahan
dinamis.
Beberapa strategi yang dapat diambil dalam rangka
menghadapi perubahan lingkungan dan ketidakpastian itu dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain pertama, melakukan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan.
Tindakan ini dilakukan manakala kekuatan lingkungan tidak dapat dirubah.
Organisasi dapat melakukan penyesuaian dengan mengubah organisasi struktur atau
desainnya. Kedua, melakukan pemantauan lingkungan secara tidak langsung. Dalam
hal ini manajer terus memantau perkembangan lingkungan dengan mencari informasi
dari berbagai media. Ketiga, mempengaruhin lingkungan langsung Alternatif dari
tindakan ini adalah melakukan lobi, pemasangan iklan, dan
perundingan-perundingan dengan pihak-pihak terkait.
1.6. Tanggung Jawab Etika
Etika didefinisikan sebagai
konsensus mengenai standar perilaku yang diterima untuk suatu pekerjaan,
perdagangan atau profesi. Menurut Griffin, Etika adalah pandangan, keyakinan
dan nilai akan sesuatu yang baik dan buruk, benar dan salah. Etika Manajemen
adalah standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi kriteria etika.
Bidang Dasar Etika Manajerial
Etika manajemen berbicara mengenai
nilai-nilai yang dianut oleh organisasi sehubungan dengan kegiatan bisnis yang
dijalankannya. Walau etika dapat mempengaruhi pekerjaan manajerial dengan
banyak cara, ada 3 bidang dasar yang menjadi perhatian khusus dari etika
manajerial
1. Bagaimana
perusahaan memperlakukan karyawan mereka.
Upah dan kondisi kerja merupakan
bidang yang memungkinkan menimbulkan kontroversi. Fakta bahwa manajer membayar
seorang karyawan lebih sedikit daripada yang layak diterima karena manajer tahu
bahwa karyawan tersebut tidak mungkin keluar atau tidak mau mengambil resiko
kehilangan pekerjaannya jika protes, mungkin dianggap tidak etis. Terakhir,
setiap organisasi diwajibkan melindungi kebebasan pribadi kayawannya.
2. Bagaimana karyawan
memperlakukan organisasi
Sejumlah persoalan etika juga
berakar dari bagaimana karyawan memperlakukan organisai mereka. Konflik
kepentingan sering muncul dan merugikan organisasi. Untuk menjaga praktik
seperti ini sebagian besar perusahaan melarang pembeli mereka untuk menerima
hadiah dari pemasok.seperti : gratifikasi.
3. Bagaimana karyawan dan
perusahaan memperlakukan agen ekonomi lain
Agen-agen ekonomi yang
berkepentingan : konsumen, competitor, pemegang saham, pemasok, dealer dan
serikat tenaga kerja. Perilaku antara organisai dan agen-agen tsb yang rentan
terhadap ambiguitas etika termasuk iklan, promosi, pengungkapan financial,
pemesanan dan pembelian, pengiriman dan permohonan permintaan, penawaran dan
perundingan, dan hubungan bisnis lainnya.
Contoh dari tindakan tidak etis atau
tidak legal dalam sebuah manajemen perusahaan :
- Pengawasan Kualitas atau Quality
Control
- Pencurian oleh Para Pekerja atau
Korupsi
- Konflik Kepentingan
- Penyalahgunaan informasi yang
bersifat rahasia
- Penyelewengan dalam pencatatan
keuangan
- Penyalahgunaan penggunaan asset
perusahaan
- Cara bersaing dari Perusahaan yang
dianggap tidak etis
- Penggunaan pekerja atau tenaga
kerja di bawah umur
Ada beberapa cara untuk mengatasi
tindakan-tindakan tidak etis di atas, yaitu melalui pendekatan-pendekatan:
1. Pendekatan Utilitarian :
tindakan dan perencanaan harus dinilai berdasarkan akibat dari tindakan
tersebut.
2. Pendekatan hak-hak
individual : kesadaran bahwa manusia memiliki hak-hak dasar yang
harus dihormati dalam semua keputusan.
3. Pendekatan Peradilan :
pemahaman bahwa pembuatan keputusan harus wajar, adil dan tidak bias dalam
mendistribusikan keuntungan dan kerugian bagi individual dan bagi kelompok.
1.7.
Manajemen dan Globalisasi
Globalisasi adalah penyebaran
inovasi ekonomi ke keseluruh
dunia serta penyelesaian-penyelesaian
politis dan budaya yang menyertainya. Globalisasi mendorong intregasi
international. Disamping itu, dengan hadirnya
teknologi informasi pada era globalisasi ini, maka penyebaran informasi
seakan tidak lagi terbendung oleh batasan waktu dan ruang bahkan teritorial
negara.
Menurut
Malcolm, Globalisasi adalah sebuah proses social yang mengakibatkan batasan
geografis dalam aspek sosial budaya menjadi kurang penting, yang terwujud dalam
kesadaran orang (Feith, 1999).
Sebagian
Pakar Menyatakan bahwa globalisasi adalah satu tahapan baru dari ekonomi
kapitalis yang ditandai oleh keterbukaan pasar dan menghilangnya batas-batas
Negara. Pakar lain mengatakan globalisasi merupakan suatu keadaan dimana
didalamnya peran teknologi komunikasi dan perusahaan swasta lebih dominan.
Mereka menyebutnya Ekonomi kasino.
Tiga
Periode terjadinya globalisasi
1. Fase pertama adalah periode
kolonialisme.
2. Fase kedua dikenal sebagai era
pembangunan atau era developmentalisme dan ditandai dengan masa kemerdekaan
Negara Dunia ketiga secara fisik.
3. Fase ketiga, yang terjadi menjelang
abad ke dua puluh satu, ditandai dengan liberalisasi segala bidang.
Dimana
globalisasi terjadi?
Kapitalisme
membutuhkan ekspansi modal untuk mempercepat lajunya. Oleh karena itu
dibutuhkan sesuatu yang dapat menembus wilayah-wilayah, baik secara geografis
maupun kedalam aspek-aspek sosial dan personal dari kehidupan manusia yang
semakin lama semakin banyak ragamnya.
Globalisasi dan Daya Saing
daya
saing adalah kemampuan perusahaan mempertahankan posisinya secara relatif
terhadap para pesaing. Menurut Porter, daya saing antar negara dapat dilihat
dari dua
perspektif waktu, yakni Masa kini sampai ke masa depan dan Masa lalu sampai
masa kini
Sejarah dan Perkembangan Globalisasi
Berbicara
tentang sejarah dari globalisasi, sebenarnya fenomena globalisasi sudah terjadi
sejak dahulu, yakni sejak berabad-abad yang lalu. Tetapi dahulu masih belum
bernama “globalisasi” karena kata tersebut baru muncul pada tahun 1985. Apabila
ditelusuri dengan kacamata sejarah dan perkembangannya, fenomena globalisasi
sebenarnya telah terjadi sejak bangsa Cina dan India mulai melakukan kegiatan
perdagangan dengan menulusuri negeri lain dengan jalur darat dan jalur laut.
Kemudian disusul oleh para kaum Muslim yang juga berdagang ke negeri luar dari
negerinya, yakni mereka berdagang di wilayah Asia, Afrika dan Eropa bagian
barat yang diantaranya Indonesia, Vietnam, Malaysia, Afrika bagian tengah,
Venesia, Genoa, Granada, Sevilla dan lain-lain. Para pedagang Islam selain
berdagang, mereka juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nilai-nilai sosial,
arsitektur, dan budaya Arab ke negara lain. Fase selanjutnya yakni ditandai
dengan adanya peristiwa revolusi industri di negara-negara Eropa diantaranya
Inggris dan Prancis. Di fase tersebut juga mulai berkembangnya paham-paham baru
yaitu kolonialisme dan imperalisme.
Kemuadian
lanjutan cerita sejarah dari globalisasi yaitu ditandai dengan semakin
berkembangnya industri dan kebutuhan bahan baku serta pasar, yang kemudian
mendorong berbagai MNCs (Multinational
Corporations) mulai lahir dan berkembang. Kemudian di saat fenomena
perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh seakan memberi sebuah
kebebasan dan berkembang paham baru yakni liberalisme Dan paham ini mulai
berkembang luas disegala aspek di negara Indonesia, khususnya pada aspek
ekonomi, politik dan budaya. MNCs berkembang pesat di Indonesia, diantaranya
berada di sekitar kita yaitu PT. Freeport, Exxon Mobile, PetroChina, dan masih
banyak lagi.
Mengenai
perkembangan dari globalisasi, berikut adalah perkembangan globalisasi yang
dikemukakan oleh Jan Aart Scholte, ia menjabarkan lima penggunaan umum terkait
globalisasi yaitu: (1) Internasionalisasi; semakin intensifnya interaksi dan
ketergantungan antarnegara, pertumbuhan dan perluasan ares perdagangan dan
investasi modal antar negara. (2) Liberalisasi adalah suatu proses
menghilangkan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pemerintah terhadap
pergerakan-pergerakan antar negara agar tercipta suatu ekonomi dunia yang
terbuka tanpa batas. (3) Universalisasi yaitu proses penyebaran berbagai objek
dan pwngalaman kepada orang di seluruh penjuru dunia. (4) Westernisasi, difusi
nilai-nilai budaya barat. (5) Deteritorialisasi, relatif menurunnya arti dari
jarak dan batas wilayah. Globalisasi membawa suatu penyusunan kembali geografi
agar ruang sosial tidak lebih panjang pemetaannya dalam pengertian tempat,
jarak dan batas-batas wilayah (Scholte, Jan Aart 2001).
Sejarah
globalisasi berkaitan erat dengan proses dan perkembangan globalisasi. Maka
dari itu apabila berbicara mengenai sejarah dari globalisasi, secara langsung
dan tidak langsung akan berbicara mengenai proses dan juga perkembangan
globalisasi dari masa ke masa. Banyak sumber yang berpendapat tentang sejarah
dimulainya globalisasi. Sejarah globalisasi dimulai dari zaman Ancient
Greece dan
berlangsung sampai abad ke-21 (Barnett, Michael & Sikkink, Kathryn 2008, pp
: 61-62). Hampir mirip dengan penjelasan sebelumnya yakni sama-sama telah
terjadi sejak berabad-abad yang lalu. Sejarah perkembangan globalisasi dimulai
dari perkembangan sejarah sosial di dunia internasional kemudian terus
berkembang sampai berakhirnya cold war dan kemudian lahirlah yang bernama globalization (Barnett, Michael & Sikkink, Kathryn 2008, pp : 61-62).
Praktik
Praktik Bisnis Global
1. Bagaimana go internasional
a) Mengekspor
b) Lisensi
c) Waralaba
d) Usaha patungan
e) Kemitraan strategis
2. Globalisasi antar budaya yang berbeda
3. Manajer dan prasangka
Tiga sikap manajer :
a) Ethnocentric managers : menganggap sumber daya menusia adalah inferior.
b) Polycentric managers : menganggap semua Negara punya budaya berbeda.
c) Geocentric managers : mengakui adanya kemiripan.
4. Wanita dalam angkatan kerja internasional
5. Hofstede Studies
Lima dimensi perbedaan budaya nasional :
a) Indiviualism Vs Collectivism
c) Uncertainty Avoidance
d) Masculinity Vs Feminity
e) Time Orientation
2. EVOLUSI TEORI MANAJEMEN
2.1. Sejarah
Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen, namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana. Piramida di Mesir. Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
2.1.1. Pemikiran
Awal Manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi 2 peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa
pertama terjadi pd tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin
ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan
keunggulan ekonomis yg akan diperoleh organisasi dari
pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam
tugas-tugas yg spesifik & berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti
sbg contoh, Smith mengatakan bahwa dgn sepuluh orang perusahaan peniti dpt
menghasilkan kurang lbh 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap
orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat
hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan
bahwa pembagian kerja dpt meningkatkan produktivitas dgn meningkatnya keterampilan & kecekatan
tiap-tiap pekerja, menghemat waktu
yg terbuang dalam pergantian tugas, & menciptakan mesin & penemuan lain yg dpt menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yg memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah
Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan
mesin, menggantikan tenaga manusia, yg berakibat pd pindahnya kegiatan produksi
dari rumah-rumah menuju tempat khusus yg disebut pabrik. Perpindahan ini
mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yg dpt membantu mereka
meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan
tugas kpd bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, & lain-lain, sehingga
ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Manajemen di
Era Manajemen Ilmiah
Era ini ditandai dgn berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari
kalangan insinyur—seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A.
Halsey, & Harrington Emerson.
Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut
scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya
yg berjudul Principles of Scientific Management pd tahun 1911. Dalam bukunya
itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adl “penggunaan metode ilmiah ukt
menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan.” Beberapa
penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sbg tahun
lahirya teori manajemen modern.
Henry Gantt yg pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel
Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan
kpd karyawannya ukt bersifat rajin (industrious ) & kooperatif. Ia juga
mendesain sebuah grafik ukt membantu manajemen yg disebut sbg Gantt chart yg
digunakan ukt merancang & mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lbh jauh oleh
pasangan suami-istri Frank & Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil
menciptakan micromotion yg dpt mencatat setiap gerakan yg dilakukan oleh
pekerja & lamanya waktu yg dihabiskan ukt melakukan setiap gerakan
tersebut. Era ini juga ditandai dgn hadirnya teori administratif, yaitu teori
mengenai apa yg dilakukan oleh para manajer & bagaimana cara membentuk praktik manajemen yg
baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol
mengajukan gagasan 5 fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi,
memerintah, mengoordinasi, & mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian
mulai digunakan sbg kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pd pertengahan
tahun 1950, & terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol
juga mengagas 14 prinsip manajemen yg merupakan dasar-dasar & nilai yg
menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi
Jerman Max Weber. Weber menggambarkan sesuatu tipe ideal organisasi yg disebut
sbg birokrasi. Bentuk organisasi yg dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yg
didefinisikan dgn jelas, peraturan & ketetapan yg rinci, & sejumlah
hubungan yg impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk “birokrasi yg
ideal” itu tdk ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dgn
maksud menjadikannya sbg landasan ukt berteori tentang bagaimana pekerjaan dpt
dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain
struktural bagi byk organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pd tahun 1940-an
ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yg merupakan kombinasi
dari teori statistika dgn teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dgn
“Sains Manajemen”, mencoba pendekatan sains ukt menyelesaikan masalah dalam
manajemen, khususnya di bidang logistik & operasi. Pada tahun 1946, Peter
F. Drucker menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: “Konsep
Korporasi” (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred
Sloan (chairman dari General Motors) yg menugaskan penelitian tentang
organisasi.
Manajemen di
Era Manusia Sosial
Era manusia sosial ditandai dgn lahirnya mahzab
perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen
ilmiah. Mahzab perilaku tdk mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an.
Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adl serangkaian studi penelitian
yg dikenal sbg eksperimen Hawthrone. Eksperimen Hawthrone dilakukan pd tahun
1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works
di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai
macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian
mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja,
periode istirahat, maupun upah lbh sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja
dibandingkan dgn tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yg
menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar
kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet.
Follett (1868–1933) yg mendapatkan pendidikan di bidang filosofi & ilmu
politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience
pd tahun 1924.[9] Follet mengajukan sesuatu filosifi bisnis yg mengutamakan
integrasi sbg cara ukt mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet
juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adl ukt menentukan tujuan organisasi
& mengintegrasikannya dgn tujuan individu & tujuan kelompok. Dengan
kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pd etika kelompok
daripada individualisme. Dengan demikian, manajer & karyawan seharusnya
memandang diri mereka sbg mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis
buku berjudul The Functions of the Executive yg menggambarkan sebuah teori
organisasi dalam rangka ukt merangsang orang lain memeriksa sifat sistem
koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi & organisasi, Barnard
menjelaskan dikotonomi “efektif-efisien”. Menurut Barnard, efektivitas
berkaitan dgn pencapaian tujuan, & efisiensi adl sejauh mana motif-motif
individu dpt terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sbg sistem terpadu di
mana kerjasama, tujuan bersama, & komunikasi merupakan elemen universal,
sementara pd organisasi informal, komunikasi, kekompakan, & pemeliharaan
perasaan harga diri lbh diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori
“penerimaan otoritas” didasarkan pd gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan
jika bawahan menerima otoritas itu.
Manajemen di
Era modern
Era moderen ditandai dgn hadirnya konsep manajemen
kualitas total (total quality management) di abad ke-20 yg diperkenalkan
oleh beberapa guru manajemen, yg paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming
(1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904). Deming, orang Amerika, dianggap sbg
Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan
permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan
sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dgn mengajukan teori 5
langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dpt ditingkatkan, (1)
biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan,
minimnya penundaan, & pemanfaatan yg lbh baik atas waktu & material;
(2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan
kualitas & harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat
sehingga dpt bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming
mengembangkan 14 poin rencana ukt meringkas pengajarannya tentang peningkatan
kualitas.
2.1.2. Pentingnya Mempelajari Ilmu Manajemen
Ada beberapa alasan untuk mengetahui dan mempelajari
perkembangan ilmu manajemen yang akan diuraikan di bawah ini yaitu antara lain:
1. Membentuk pandangan kita mengenai organisasi.
Mempelajari teori manajemen juga memberi petunjuk
kepada kita di mana kita mendapatkan beberapa ide mengenai organisasi dan
manusia didalamnya.
2. Membuat kita sadar mengenai lingkungan usaha.
Mempelajari berbagai teori manajemen berdasarkan
perkembangannya, kita dapat memahami bahwa setiap teori adalah karena
berdasarkan lingkungannya yaitu ekonomi, sosial, politik dan pengaruh teknologi
yang dirasakan pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa tertentu. Pengetahuan
ini membantu setiap orang untuk memahami apa sebabnya teori tertentu cocok
terhadap keadaan yang berbeda.
3. Mengarahkan terhadap keputusan manajemen.
Mempelajari evolusi manajemen membantu memahami proses
dasar sehingga dapat memilih suatu tindakan yang efektif. Pada hakekatnya suatu
teori merupakan asumsi-asumsi yang koheren/logis, untuk menjelaskan beberapa
fakta yang diobservasi. Teori yang absah, dapat memprediksi apa yang akan
terjadi pada situasi tertentu. Dengan adanya pengetahuan ini, kita bisa
menerapkan teori manajemen yang berbeda terhadap situasi yang berbeda.
4. Merupakan sumber ide baru.
Mempelajari perkembangan teori manajemen memungkinkan
kita pada suatu kesempatan mengambil pandangan yang berbeda dari situasi
sehari-hari.
2.2. Evolusi Teori
Manajemen
2.2.1. Manajemen
Ilmiah
Manajemen ilmiah atau disebut juga manajemen modern
adalah kepemimpinan atau pengelolaan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan
dengan menggunakan cara kerja yang berdasarkan prinsip - prinsip atau pedoman -
pedoman keilmuan.
Adapun ciri - ciri manajemen ilmiah atau modern adalah
sebagai berikut :
- Menggunakan cara kerja keilmuan dan prinsip - prinsip keilmuan sebagai
hasil percobaan dan penyelidikan yang ilmiah pula.
- Terdapat nasionalisasi yaitu bekerja berdasarkan perhitungan -
perhitungan atau pemikiran yang cermat dan teliti, jadi meninggalkan cara
kerja trial and error.
- Terdapat standarisasi yaitu bekerja berdasarkan ukuran - ukuran (
standar - standar ) tertentu, baik dalam cara kerja, waktu yang digunakan,
maupun hasil produksi yang diharapkan.
- Terjadi peningkatan produktivitas sebagai hasil kerja yang efektif dan
efisien
- Cara kerja dan hasil kerjanya dapat mengikuti dan memenuhi tuntutan
kebutuhan jaman yang makin meningkat
Tahap - tahap perkembangan manajemen ilmiah :
- Tahap Survival ( 1886 - 1930 ), tahun 1886 adalah tahun lahirnya ilmu
manajemen yang ditandai dengan gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori
oleh Frederick Winslow Taylor.Dalam tahap survival ini, para ahli
memperjuangkan untuk diakuinya manajemen sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan.
- Tahap konsolidasi atau penyempurnaan ( 1930 - 1945 ), dalam tahap ini
para pelopor manajemen ilmiah merumuskan metode - metode dan prinsip -
prinsip dari ilmu manajemen yang dapat dipraktekan dalam kegiatan -
kegiatan perusahaan.
- Tahap human relation ( 1945 - 1959 ), dalam tahap ini, selain
menggunakan prinsip - prinsip berdasarkan keilmuan, juga lebih
mengutamakan perhatian kepada manusia ( para pekerja ) yang berperan serta
dalam kegiatan - kegiatan mencapai tujuan usaha. Hubungan antara pemimpin
dan pegawai diupayakan dilaksanakan dalam suasana hubungan manusia yang
lebih baik.
- Tahap behaviouralisme ( 1959 - sekarang ), dalam tahap ini perhatian
utama para ahli manajemen terutama dipusatkan terhadap pentingnya peranan
manusia kerja dalam usaha mencapai tujuan perusahaan.
2.3.
Manajemen Klasik
Prinsip Teori
Manajemen Aliran Klasik .Awal sekali ilmu manajemen timbul akibat terjadinya
revolusi industri di Inggris pada abad 18. Para pemikir tersebut rnemberikan
perhatian terhadap masalah-masalah manajemen yang timbul baik itu di kalangan
usahawan, industri maupun masyarakat. Para pemikir itu yang terkenaI antara
lain, Robert Owen, Henry Fayol, Frederick W. Taylor dan lainnya.
• Robert Owen
(1771 -1858)
Robert Owen
adalah orang yang menentang praktek-praktek memperkerjakan anak-anak usia 5
atau 6 tahun dan standar kerja 13 jam per hari. Tersentuh dengan kondisi kerja
yang amat menyedihkan itu, beliau mengajukan adanya perbaikan terhadap kondisi
kerja ini. Pada tahun-tahun awal revolusi industri, ketika para pekerja
dianggap instrumen yang tidak berdaya, Owen melihat rneningkatkan kondisi kerja
di pabrik, rnenaikkan usia minimum kerja bagi anak-anak, mengurangi jam kerja
karyawan, menyediakan makanan bagi karyawan pabrik, mendirikan toko-toko untuk
menjual keperluan hidup karyawan dengan harga yang layak, dan berusaha
memperbaiki lingkungan hidup tempat karyawan tinggal, dengan membangun
rumah-rumah dan membuat jalan, sehingga lingkungan hidup dan pabrik rnenjadi
menarik. Sebab itu, beliau disebut " : Bapak Personal Manajemen
Modern". Selain itu, Owen lebih banyak memperhatikan pekerja, karena
menurutnya, investasi yang penting bagi manajer adalah sumber daya manusia.
Selain mengenai perbaikan kondisi kerja, beliau juga rnembuat prosedur untuk
meningkatkan produktivitas, seperti prosedur penilaian kerja dan bersaing juga
secara terbuka.
• Henry Fayol
(1841 -1925)
Pada tahun
1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan
produktivitas pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu
organisasi yang kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran
manajemen yang lebih utuh dalam bentuk cetak biru. Fayol berkeyakinan
keberhasilan para manajer tidak hanya ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi
karena adanya penggunaan metode manajemen yang tepat. Sumbangan terbesar dari
Fayol berupa pandangannya tentang manajemen yang bukanlah semata kecerdasan
pribadi, tetapi lebih merupakan satu keterampilan yang dapat diajarkan dari
dipahami prinsip-prinsip pokok dan teori umumnya yang telah dirumuskan. Fayol
membagi kegiatan dan operasi perusahaan ke dalam 6 macam kegiatan :
a) Teknis (produksi) yaitu berusaha
menghasilkan dan membuat barang-barang produksi.
b) Dagang (Beli, Jual, Pertukaran)
dengan tara mengadakan pembelian bahan mentah dan menjual hasil produksi.
c) Keuangan (pencarian dan
penggunaan optimum atas modal) berusaha mendapatkan dan menggunakan modal.
d) Keamanan (perlindungan harga
milik dan manusia) berupa melindungi pekerja dan barang-barang kekayaan
perusahaan.
e) Akuntansi dengan adanya
pencatatan dan pembukuan biaya, utang, keuntungan dan neraca, serta berbagai
data statistik.
Manajemen
Klasik :
1. Pengembangan
manajemen di lakukan oleh teoritis.
2. Investasi terbesar adalah karyawan
3. Tenaga kerja di beri pelatihan keterampilan sesuai operasi pabrik.
4. Karyawan bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu yang berulang.
5. Adanya skema pembagian keuntungan.
2.4.Teori Manajemen Hubungan Manusiawi
Teori Manajemen Neo Klasik timbul karena pendekatan klasik tidak sepenuhnya
menghasilkan efieiensi dalam produksi dan keselarasan kerja. Para pakar mencoba
melengkapi organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi.
Tokoh-tokoh aliran hubungan manusiawi antara lain Hugo Munsterberg dan Elton
Mayo.
1. Hugo Munsterberg (1862 1916)
2.EltonMayo
Terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana hubungan manusiawi menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila moral dan efisiensi kerja memburuk, maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga akan buruk.
Terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana hubungan manusiawi menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila moral dan efisiensi kerja memburuk, maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga akan buruk.
Penekanan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam aliran
hubungan manusiawi melengkapi pendekatan klasik, sebagai usaha untuk
menigkatkan produktivitas. Aliran hubungan manusiawi mengutarakan bahwa
perhatian terhadap para karyawan akan memberikan keuntungan. Seperti halnya
tambahan yang dikemukakan oleh Mayo yang menekankan pentingnya gaya
manajemennya, manajer juga diingatkan pentingnya perhatian terhadap proses
kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing-masing karyawan secara
individual
2.5.
Pendekatan Manajemen Modern
2.5.1. Teori
Perilaku dan Teori Kuantitatif
Teori perilaku
Teori perilaku merupakan pengembangan dari pendekatan hubungan manusiawi.
Pendekatan ini memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem
sosialnya. Perilaku dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu:
1) Rasional
Model rasional memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang diasumsikan
bersifat rasional dan mempunyai berbagai kepentingan, kebutuhan, motif dan
tujuan. Pendukung model ini antara lain, Down dan Simon
2) Sosiologis
Model ini lebih memusatkan perhatiannya kepada pengetahuan antropologi,
sosiologi dan psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern
3) Pengembangan hubungan manusia
Model pengembangan hubungan manusia lebih memusatkan perhatiannya kepada tujuan
yang ingin dicapai dan pengembangan berbagai sistem motivasi menurut jenis
motivasi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pendukung model ini
antara lain, Mc Gregor, Maslow, dan Bennis.
Keterbatasan dari pendekatan perilaku ini adalah bahwa beberapa ahli manajemen
termasuk ahli perilaku percaya bahwa bidang perilaku tidak sepenuhnya nyata
karena berkenaan dengan manusia yang bersifat unik. Model, teori dan istilah
perilaku oleh ahli perilaku sangat kompleks dan abstrak untuk dipraktekkan para
manajer. Dikarenakan perilaku manusia sangat unik, maka ahli-ahli perilaku
sering berbeda dalam menyimpulkan penelitian, dan rekomendasinya pun sulit bagi
manajer untuk memilih dan melaksanakannya.
Teori Kuantitatif
Pendekatan
kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim penelitian operasi dalam
pemecahan masalah-masalah industri. Pendekatan ini didasari oleh kesuksesan tim
penelitian operasi Inggris pada PD II. Teknik-teknik penelitian operasi ini
semakin berkembang sejalan dengan kemajuan komputer, transportasi dan
komunikasi. Teknik-teknik penelitian operasi selanjutnya disebut sebagai
pendekatan manajemen ilmiah.
Pendekatan manajemen ilmiah dipakai dalam banyak kegiatan seperti penganggaran
modal, manajemen produksi, penjadwalan, pengembangan strategi produk,
pengembangan SDM dan perencanaan program
Langkah-langkah manajemen ilmiah yaitu:
1) perumusan masalah
2) penyusunan suatu model matematis
3) penyelesaian model
4) pengujian model
5) penetapan pengawasan atas hasil
6) pelaksanaan (implementas)
2.6.
Pendekatan Sistem
Sistem
adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berintraksi untuk mencapai suatu
tujuan. Pendekatan sistem adalah serangkaian tahapan tahapan pemecahan masalah
yang setiap langka di pahami dan menghasilkan sebuah solusi alternatip di
pertimbangkan dan solulusi yang di pilih dapat di terapkan Di dalam sebuah perusahaan manajer berperan
penting dalam pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.sistem konseptual
adalah suatu sistem pemecahan masalah yang terdiri dari manajer ,informsi dan
standart. 2 elemen yang lain masuk dalam proses perubahan masalah menjadi
solusi (solusi alternatif dan kendala).
Tahapan
pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan sistem
1.Usaha
Persiapan
a. Memandang
perusahaan sebagai suatu sistem.
b. Mengenal
sistem lingkungan.
c. Mengidentifikasi
subsistem perusahaan.
2. Usaha
Definisi
Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem.
Tujuannya : – Mengidentifikasi
tingkat sistem tempat persoalan berada.
– Menganalisis bagian-bagian sistem dalam suatu urutan
tertentu:
a. Mengevaluasi standar.
b. Membandingkan output dengan standar.
c. Mengevaluasi manajemen.
d. Mengevaluasi pemroses
informasi.
e. Mengevaluasi input dan sumber
daya input.
f. Mengevaluasi proses.
g. Mengevaluasi sumber daya
output.
3.Usaha
Pemecahan
a. Pertimbangan
alternatif yang layak.
b. Mengevaluasi
berbagai solusi alternatif.
c. Memilih
solusi terbaik.
d. Menerapkan solusi.
e. Memastikan bahwa solusi tersebut efektif.
Pendekatan sistem dalam pemecahan masalah dan membuat
keputusan
1. Pemecahan masalah
Pentingnya pemecahan masalah bukan didasarkan pada
jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya.
2. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih
strategi/ aksi yang diyakini manajer akan memberikan solusi terbaik atas
masalah tersebut. Salah satunya kunci pemecahan masalah adalah
mengidentifikasikan berbagai alternatif keputusan.
3. Pendekatan sistem
Proses pemecahan masalah secara sistematis bermulai
dari John dewey, seorang profesor filosofi dari colombia university. Ia mengidenfikasikan tiga seri penelitian yang
terlibat dalam memecahkan suatu kontroversi secara memadai.
a. Mengenali kontroversi
b. Menimbang klaim alternatif
4. Membentuk penilaian
Serangkaian langkah pemecahan masalah yang memastikan
bahwa maslah itu pertama-tama dipahami ,solusi alternatif dipertimbangkan, dan
solusi yang dipilih bekerja. Langkah-langkahnya adalah sbb:
1. Usaha persiapan = mempersiapkan manajer untuk memecahkan masalah dengan menyediakan
orientasi sistem.
2. Usaha definisi =
mencakup mengidentifikasi masalah untuk dipecahkan dan kemudian memahaminya.
3. Usaha solusi =
mencakup mengidentifikasi berbagai solusi alternatif, mengevaluasinya, memilih
satu yang tampak terbaik, menerapkan solusi itu dan membuat menindaklanjuti
untuk menyakinkan bahwa masalah itu terpecahkan.
5. Merasakan masalah
Manajer dapat dibagi dalam tiga kategori dasar dalam
hal gaya merasakan masalah (problem solving styles) mereka, yaitu bagaimana
mereka menghadapi masalah.
a.
Penghindar masalah (problem avoider)
manajer ini mengambil sikap positif dan menganggap bahwa semua baik-baik saja.
Ia berusaha menghalangi kemungkinan masalah dengan mengabaikan informasi atau
menghindarinya sepanjang perencanaan.
b. Pemecah
masalah (problem solver)
manajer ini tidak mencari masalah juga tidak menghalanginya. Jika timbul suatu
masalah, masalah tersebut dipecahkan.
c. Pencari
masalah (problem seeker)
manajer ini menikmati pemecahan masalah dan mencarinya.
6. Mengumpulkan Informasi
a. Gaya teratur (preceptive style)
manajer jenis ini mengikuti management by exception dan menyaring segala
sesuatu yang tidak berhubungan dengan area minatnya.
b. Gaya menerima (receptive style)
manajer jenis ini ingin melihat semuanya, kemudian menentukan apakah informasi
tersebut bernilai baginya atau orang lain dalam organisasi.
7. Menggunakan
informasi
a. Gaya sistematik (systematic style)
manajer memberi perhatian khusus untuk mengikuti suatu metode yang telah
ditetapkan, misalnya pendekatan sistem.
b. Gaya intuitif (intuitive style)
manajer tidak lebih menyukai suatu metode tertentu tetapi menyesuaikan
pendekatan dengan situasi
2.7. Pendekatan
Kontigensi
Pendekatan kontingensi
merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif (berdasarkan perbandingan) baru
diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi berupaya
untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan
menuju kondisi situasional. Salah seorang penulis manajemen kontingensi yang
bernama Fred Luthans menyatakan, “pendekatan-pendekatan tradisional dalam
bidang manajemen, tidak salah atau keliru, tetapi dewasa ini mereka tidak
terlampau cocok. Terobosan baru terhadap teori dan praktik manajemen dapat kita
temukan pada pendekatan kontingensi.”
Apabila
dirumuskan secara formal, pendekatan kontingensi adalah merupakan suatu upaya
untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik, dan teknik manajerial mana
yang paling cocok dan tepat dalam situasi-situasi tertentu.
Maka menurut pendekatan kontingensi situasi-situasi yang berbeda mengharuskan
adanya reaksi manajerial yang berbeda pula.
Parameter Pendekatan Kontingensi
Pada bagian ujung dari spectrum (parameter pendekatan kontingensi) teori X dan
teori Y hanya memanfaatkan dua macam faktor :
a. Pekerjaan
b. Sifat manusia sebagai parameter organisasi
Raymond A. Katzell dalam sebuah makalahnya yang berjudul “Contrasting System
Work Organization”, mengemukakan adanya lima macam parameter situasional :
a. Besar kecilnya organisasi yang
bersangkutan
b. Tingkat interaksi dan interpendansi para
anggota organisasi
c. Kepribadian para anggota organisasi
d. Tingkat kongruensi atau disparitas antara
tujuan organisasi dan tujuan para karyawan organisasi yang bersangkutan
e. Siapa saja dalam organisasi yang
bersangkutan memiliki kemampuan dan motivasi yang diperlukan untuk melaksanakan
tindakan-tindakan guna mencapai sasaran organisasi tersebut.
Ciri-ciri
Pendekatan Kontingensi
Beberapa ilmuan manajemen tertarik pada pemikiran kontingensi, hal itu karena
merupakan sebuah kompromis yang dapat dimanfaatkan antara pendekatan sistematik
dan apa yang dapat dinamakan perspektif situasional murni.
Pendekatan sistematik kerapkali dikritik orang karena pendekatan tersebut
bersifat terlampau umum atau abstrak walaupun pandangan situasional murni yang
mengasumsi bahwa setiap situasi kehidupan nyata memerlukan suatu pendekatan
yang sangat berbeda telah dinyatakan orang sebagai hal yang terlampau spesifik.
Macam-Macam
pendekatan kontingensi :
1) Model kepemimpinan kontingnsi dari
Friedler
2) Model tida dimensi kepemimpinan dari
Reddin
3) Model kontinum kepemimpinan dari Robert
Tanenbaum dan Warren Schmidt
Penjelasan :
1) Model kepemimpinan Friedler (1967) disebut
sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi
pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya
kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of
the situation) yang dihadapinya.
Menurut Friedler, ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan
ketiga faktor ini selanjutya mempengaruhi keefektifan pemimpin.
Ketiga faktor itu adalah :
1. Hubungan antara pemimpin dan bawahan
2. Struktur tugas
3. Kekuatan posis
Penjelasan :
1.1 Menjelaskan
sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan
kemampuan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
2.1 Menjelaskan
sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan
sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk
yang rinci dan prosedur yang baku.
3.1 Menjelaskan
sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki pemimpin karena
posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti
penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing.
2) Model tiga dimensi ini menghubungkan tiga kelompok
gaya kepemimpinan yaitu :
a. Gaya Dasar
b. Gaya Efektif Dalam satu kesatuan
c. Gaya Tidak efektif
Kelompok Gaya Dasar
a. Separated (pemisah)
b. Dedicated (pengabdi)
c. Related (penghubung)
d. Lufegrated (terpadu)
Kelompok Gaya Efektif
a. Bureaucrat (birokrat)
b. Benevolent autocrat (otokrat bijaksana)
c. Developer (pengembang)
d. Execlutive (eksekutif)
Kelompok Gaya Tidak efektif
a. Deserter (pelan)
b. Autocrat (otokrat)
c. Missionary (penganjur)
d. Compromiser (kompromis)
3) Kontinum (Robert Tanenbaum dan Warren Schmidt)
Kedua ahli ini menggambarkan gagasannya bahwa ada dua bidang pengaruh yang
ektrem :
1. Bidang pengaruh pimpinan
2. Bidang pengaruh kebebasan bawahan
1.1 ) Pemimpin menggunakan otoritas dalam
gaya kepemimpinannya
2.1 ) Pemimpin menunjukkan gaya yang
demokratis.
V. Pelajaran yang Dapat Diambil dari
Pendekatan Kontingensi
Walaupun belum dikembangkan secara sempurna, pendekatan kontingensi merupakan
suatu tambahan yang amat bermanfaat bagi pemikiran manajemen karena ditekankan
oleh hal-hal yang bersifat situasional.
Manusia, organisasi, dan problem bersifat terlampau kompleks untuk membenarkan
pemikiran yang hanya dititikberatkan pada prinsip-prinsip universal manajemen.
Begitu pula dapat kita katakan bahwa pemikiran kontingensi merupakan suatu perluasan
praktis dari pendekatan sistematik. Dengan mengasumsi bahwa pemikiran
sistematik merupakan suatu kekuatan sistesis yang mempersatukan dalam pemikiran
manajemen, pendekatan kontingensi menjanjikan suatu pengarahan ke arah
praktikal.
Daftar
Pustaka
Pengantar Manajemen karya Dr Siswanto Hadiwiryo
Pengantar Manajemen Edisi 1 Karya Ernie Tislawati Sule